1. Teori
Menurut kamus besar bahasa Indonesia
konflik adalah percekcokkan, perselisihan, pertentangan. Konflik berasal dari
kata kerja bahasa latin yaitu configure yang berarti saling memukul. Secara
Sosiologis konflik diartikan sebagai proses social antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Jika dilihat definisi secara sosiologis,
konflik senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik tidak dapat
dihilangkan tetapi hanya dapat diminimalkan.
Beberapa Faktor Penyebab Konflik
Perbedaan individu yang didasari oleh perbedaan pendirian dan perbedaan
perasaan. Setiap manusia memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda,
sehingga dalam menilai sesuatu tentu memiliki penilaian yang berbeda-beda.
Misalnya masyarakat menilai kebijakan pemerintah mengenai menaikkan harga BBM
karena harga bahan mentah naik. Tentu setiap masyarakat akan menilai dengan
pemikirannya masing-masing yang mungkin secara umum terbagi menjadi kelompok
yang pro dan kontra.
Perbedaan kebudayaan sehingga
membentuk pribadi yang berbeda
Orang dari kebudayaan berbeda,
misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan
membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada
suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat timbulnya konflik.
Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok
Manusia merupakan mahkluk yang unik
karena satu dengan yang lain relative berbeda. Berbeda pendirian, pemikiran,
perilaku, kebiasaan, dsb. Dari perbedaan itu tentu timbul perbedaan kepentingan
yang latar belakangnya juga berbeda. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan
hutan. Para pecinta alam menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup
manusia dan habitat dari flora dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan
dapat menghambat tumbuhnya jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi
para pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari kasus
ini ada pihak – pihak yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan,
sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat
dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan merupakan suatu hal yang
wajar didalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi perubahan yang sangat cepat akan
memicu timbulnya konflik. Misalnya masyarakat pedesaan yang secara umum
matapencariannya bertani yang hidupnya bergotong-royong dengan jadwal waktu yang
relative tidak mengikat, kemudian tumbuh suatu industry dengan waktu yang
relative cepat dengan kebiasaan cenderung individualis, disiplin kerja dan
waktu kerja ditentukan, yang secara umum mengubah nilai-nilai masyarakat desa
tadi, tentu akan menimbulkan konflik berupa penolakan diadakannya
industry di wilayah itu.
Akibat-akibat dari konflik.
Konflik dapat baik dan tidak baik.
Konflik berakibat tidak baik seperti :
- Menghambat komunikasi, karena pihak-pihak yang
berkonflik cenderung tidak berkomunikasi.
- Menghambat keeratan hubungan.
- Karena komunikasi relative tidak ada, maka akan
mengancam hubungan pihak-pihak yang berkonflik.
- Mengganggu kerja sama.
- Hubungan yang tidak terjalin baik, bagaimana mungkin
terjadi kerjasama yang baik.
- Mengganggu proses produksi,bahkan menurunkan produksi.
- Kerja sama yang kurang baik, maka produktifitas pun
rendah.
- Menimbulkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
- Karena produktifitas rendah, timbullah ketidakpuasan
terhadap pekerjaan.
- Yang kemudian berakibat pada individu mengalami
tekanan, mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik
diri, frustasi dan apatisme.
Konflik berakibat baik seperti:
- Membuat suatu organisasi hidup, bila pihak-pihak yang
berkonflik memiliki kesepakatan untuk mencari jalan keluarnya.
- Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan
salah satu akibat dari konflik, yang tujuannya tentu meminimalkan konflik
yang akan terjadi dikemudian hari.
- Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan
dan perbaikan dalam system serta prosedur, mekanisme, program, bahkan
tujuan organisasi.
- Memunculkan keputusan-keputusan yang inovatif.
- Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap
perbedaan pendapat.
Sedangkan menurut James A.F. Stoner
dan Charles Wankel jenis-jenis konflik terbagi atas :
- Konflik intrapersonal.
- Konflik intrapersonal adalah
konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik ini terjadi pada saat
yang bersamaan memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus.
- Konflik interpersonal.
- Konflik ini adalah konflik
seseorang dengan orang lainnya karena memiliki perbedaan keinginan dan
tujuan.
- Konflik antar
individu-individu dan kelompok-kelompok, Hal ini sering kali berhubungan
dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas yang ditekankan pada kelompok kerja mereka . Sebagai contoh
seorang individu dapat dikenai hukuman karena tidak memenuhi norma-norma
yang ada.Konflik interorganisasi.
- Konflik antar grup dalam suatu organisasi adalah suatu
yang biasa terjadi, yang tentu menimbulkan kesulitan dalam koordinasi dan
integrasi dalam kegiatan yang menyangkut tugas-tugas dan pekerjaan. Karena
hal ini tak selalu bisa dihindari maka perlu adanya pengaturan agar
kolaborasi tetap terjaga dan menghindari disfungsional.
Cara-Cara Mengatasi Konflik
Mengatasi konflik antara pihak-pihak
yang bertikai tergantung pada kemauan pihak-pihak yang berkonflik untuk
menyelesaikan masalah. Selain itu juga peran aktif dari pihak luar yang
menginginkan redanya konflik. Berikut adalah cara-cara untuk mengatasi konflik
yang telah terjadi :
- Rujuk
- merupakan usaha pendekatan
demi terjalinnya hubungan kerjasama yang lebih baik demi kepentingan
bersama pula.
- Persuasi
- mengubah posisi pihak lain,
dengan menunjukan kerugian yang mungkin timbul, dan bukti factual serta
dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan
norma dan standar keadilan yang berlaku.
- Tawar-menawar
- Suatu penyelesaian yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak dengan mempertukarkan kesepakatan yang
dapat diterima.
- Pemecahan masalah terpadu
- Usaha pemecahan masalah dengan
memadukan kebutuhan kedua belah pihak. Proses pertukaran informasi,
fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur.
Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternative pemecahan
secara bersama dengan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
- Penarikan diri
- Cara menyelesaikan masalah
dengan cara salah satu pihak yang bertikai menarik diri dari hubungan
dengan pihak lawan konflik. Penyelesaian ini sangat efisien bila
pihak-pihak yang bertikai tidak ada hubungan. Bila pihak-pihak yang
bertikai saling berhubungan dan melengkapi satu sama lain, tentu cara ini
tidak dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik.
- Pemaksaan dan penekanan
- Cara menyelesaikan konflik
dengan cara memaksa pihak lain untuk menyerah. Cara ini dapat dilakukan
apabila pihak yang berkonflik memiliki wewenang yang lebih tinggi
dari pihak lainnya. Tetapi bila tidak begitu cara-cara seperti
intimidasi, ancaman, dsb yang akan dilakukan dan tentu pihak yang lain
akan mengalah secara terpaksa.
2. Kasus
Contoh kasus yang berkaitan
dengan konflik dari pengalaman saya adalah saat pelayanan media internet
ternama dirumah saya memberikan pelayanan yang tidak memuaskan, lalu pada suatu
saat saya complain dengan keadaan tersebut dengan maksud agar koneksi internet
saya diperbaiki. Pada saat saya complain pihak perusahaan tersebut mengatakan
akan segera memperbaiki dan mengirim ahlinya kerumah. Setelah beberapa minggu
kemudian keadaan tersebut tidak juga membaik dan saya memutuskan untuk berhenti
berlangganan dengan perusahaan tersebut dengan alasan koneksi internetnya
kurang memuaskan. Saat pemberhentian langganan tersebut saya malah disuruh
membayar uang pemutusan berlangganan yang jumlahnya tidak kecil. Dari situ saya
menganggap ini adalah konflik antara konsumen dan produsen, setelah konsumen
melakukan complain lalu tidak tidanggapi positif oleh pihak perusahaan
tersebut.
3. Analisis
Dari teori dan kasus diatas
menunjukan kasus tersebut adalah konflik karena complain dari pihak konsumen
tidak ditanggapi dengan positif oleh pihak perusahaan. Dengan koneksi yang
tidak kian membaik dan tambahan biaya pemutusan dinilai bukan cara yang tepat
untuk menanggapi complain konsumen. Seharusnya perusahaan tersebut bahkan memberi
bonus atau potongan kepada konsumen yang mengaku tidak puas karna keadaan
tersebut. Jika tidak memberi bonus setidaknya tidak perlu adanya biaya
pemutusan kepada konsumen yang bias diartikan permintaan maaf kepada konsumen.
4. Referensi
https://zeincom.wordpress.com/2011/10/23/pkjsk/