Sabtu, 24 September 2011

Perkawinan Sedarah

Incest / Perkawinan Sedarah Ialah kontak seksual yang dilarang oleh karena hubungan keluarga. Kontak seksual tersebut dapat terjadi antara ayah dan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-laki, antara saudara laki-laki dan perempuan, laki-laki dengan laki-laki (homoseksual), sepupu tertentu, ayah tiri dan anak perempuannya, dan banyak lagi yang dilarang secara agama maupun kultur. Misalnya sesama sepupu dimana ayah keduanya adalah kakak beradik, pada sebagian kultur hal ini tidak bermasalah, tapi pada kultur lain hal ini dilarang. Namun, bila hal ini tetap terjadi maka telah terjadi incest.

Kontak seksual incest dapat dilarang secara kultur, dapat pula dilarang secara kesehatan. Larangan secara kultur disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi tergantung pada kultur masing-masing, yang kadang-kadang sulit dimengerti kenapa bisa terjadi demikian. Namun, incest bisa saja terjadi karena kekacauan dalam hubungan antara satu dengan yang lain dalam suatu keluarga. Misalnya, kakak beradik yang sudah lama terpisah, yang selanjutnya bertemu dan menikah namun tidak tahu jika mereka sebenarnya bersaudara.

Kontak seksual antara ayah tiri dan anak tiri sebenarnya tidak menimbulkan masalah medis, namun dapat menimbulkan masalah keluarga. Kontak seksual antara sepupu tertentu dapat menimbulkan masalah medis. Sebagian kontak seksual ataupun perkawinan antara sepupu diizinkan karena dalam kultur tertentu dulunya hidup dalam satu daerah dimana mereka sulit untuk menembus batas daerah tersebut untuk menikah dengan keluarga lain yang jauh dari tempatnya. Untuk memberi kesempatan pernikahan kepada anggota daerah tersebut maka diizinkan menikah untuk saudara sepupu tertentu.

Secara genetis, 25% anak hasil incest akan mengalami kelainan bawaan. Besar kemungkinan dahulu hal ini ditemukan pada nenek moyang manusia, sehingga hal ini dilarang secara kultur. Incest dapat terjadi oleh karena kesengajaan yang secara sengaja dilakukan walaupun telah diketahui melanggar hukum. Misalnya, kontak seksual antara ayah dan anak tirinya. Semua orang mengetahui bahwa perilaku tersebut dilarang keras tetapi dilakukan juga. Penyebab kelainan ini dapat terjadi karena berbagai hal.

Faktor yang menyebabkan terjadinya incest :

1. Kemiskinan

Kemiskinan yang absolut menyebabkan seluruh anggota keluarga suami isteri dan anak-anak tidur dalam satu tempat tidur. Bila satu waktu seorang ayah bersentuhan dengan anak perempuannya yang masih gadis, maka ada kemungkinan salah satu dari keduanya bisa terangsang yang akhirnya terjadi hubungan seksual, paling tidak kontak seksual.

2. Kekurangan pergaulan (kuper)

Kekurangan pergaulan yang dimana pada keluarga tertentu dilarang bergaul dengan dunia luar. Kadang-kadang ada juga penyebab dimana satu keluarga dilarang menikah diluar kalangannya agar semua harta yang dimiliki tidak keluar dari keluarga besarnya. Ada juga kemungkinan diharapkan supaya turunan mereka lebih asli sebagai bangsawan

3. Salah satu anggota keluarga tidak berfungsi

Pada incest antara ayah-anak perempuan cukup sering terjadi karena ibu yang tidak berfungsi. Dalam keadaan misalnya ibu yang invalid, sakit berat, maka seluruh kebutuhan seksual ayah, akhirnya akan tertuju kepada anak perempuannya. Dan akhirnya terjadi incest.

Akibat incest :

Kemungkinan akibat yang bisa ditimbulkan dari hubungan incest dapat dibagi dua, yaitu :

1. Akibat fisik

Terjadinya gangguan fisik dari mulai meninggal sampai dengan luka berat ataupun ringan dan anak yang dihasilkan pun kemungkinan besar menjadi cacat.

2. Akibat psikoseksual

Akibat psikoseksual dapat terjadi pada incest, yang pada umumnya terbagi menjadi :

a. Depresi

Adalah keadaan dimana seseorang menjadi putus asa, tidak bisa tidur, gelisah, menyendiri serta menganggap diri sudah tidak berharga lagi. Pada sebgaian orang yang mengalami depresi mempunyai akibat dimana fungsi seksnya tidak lagi bekerja.

Pada wanita dapat terjadi penurunan libido, sampai pada gangguan orgasme. Keadaan ini tidak dapat diperbaiki hanya dengan konsleing psikologi tapi harus bersama dengan pengobatan. Dengan pengobatan yang sempurna sebagian besar bisa berfungsi normal kembali.

b. Aersion seksual

Adalah keadaan korban menolak hubungan psikologis kepada lawan jenis. Seseorang tidak mau menikah karena merasa kontak seksual adalah kotor, mengerikan dan tidak normal.

c. Penularan agresi seksual

Penularan agresi seksual terjadi terhadap korban. Bila dia selamat dari korban seksual, maka tidak sadar si korban dapat berlaku sebagai agresor seksual. Keadaan ini dapat berlaku pada incest atau pun pada pelecehan seksual yang lain.

Minggu, 11 September 2011

Cermin Seekor Burung

Ketika musim kemarau baru saja mulai. Seekor burung pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara, mencari udara yang selalu dingin dan sejuk.
Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.
Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju.
Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat.
Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor kerbau yang kebetulan lewat menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau. Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.
Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di atas burung tersebut. Si burung pipit semakin marah dan memaki maki si kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa mati tak bisa bernapas.
Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya kotoran kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya.
Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.
Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si burung, dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh si kucing.
Hmm… tak sulit untuk menarik garis terang dari kisah ini, sesuatu yang acap terjadi dalam kehidupan kita: halaman tetangga tampak selalu lebih hijau; penampilan acap menjadi ukuran; yang buruk acap dianggap bencana dan tak melihat hikmah yang bermain di sebaliknya; dan merasa bangga dengan nikmat yang sekejap. Burung pipit itu adalah cermin yang memantulkan wajah kita…